Tuesday, November 10, 2009

Makalah Agama Bani Ummayah


MAKALAH AGAMA


BANI UMMAYAH

TEDI CAHYONO
A1B009091

Pendidikan Bahasa Inggris

FKIP UNIB
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR iii
Sejarah Bani Ummayah 1
Daulah Bani Umayyah (Masa Kemajuan Islam) 1
Tokoh-Tokoh 2
Masa Kehancuran 2
Masa Keemasan 4
KESIMPULAN 13


KATA PENGANTAR
Piji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH yang telah melimpahkan rahmatnya sahingga makalah agama (bani ummayah) ini dapat tearselesaikan walaupun masih banyak terdapat kekurangan.

Shalawat beriring salam tak lupa kita curahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang islami seperti saat ini.

Terimakasih tak lupa penulis ucapkan pada dosen pembimbing, bapak Lukman yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, referensi untuk melangkah dan memperdalam keagamaan kita.


Bengkulu, November 2009




Penulis
TEDI CAHYONO
(A1B009091



Sejarah Bani Ummayah

Sepeninggal Khalifah Ali ibn Abi Thalib¸sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak, dan Iran , memilih dan mengang kat Hasan ibn Ali. Namun kemudian ia memberikan jabatan itu kepada Muawiyah ibn Sufyan setelah memangku jabatan selama lebih kurang tiga bulan. Serah terima jabatan itu berlangsung di kota Kufah, pada tahun 661 M. Peristiwa itu dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah “Amul Jama’ah”.

Perpindahan kekuasaan kepada Muawiyah ibn Sufyan telah mengakhiri bentuk pemerintahan yang demokratis. Kekhalifahan menjadi semacam monarchi absolut, yaitu sistem kerajaan yang diwariskan secara turun-temurun. Kekhalifahan Bani Umayah bertahan lebih kurang 90 tahun, mulai dari tahun 661 sampai 750 M.

Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I.
Bani Umayyah

Pendiri
Umayyah • Utsman bin Affan • Abu Sufyan
Khalifah di Damaskus
Muawiyah I • Yazid I • Muawiyah II • Marwan I • Abdul-Malik • Al-Walid I • Sulaiman • Umar II • Yazid II • Hisyam • Al-Walid II • Yazid III • Ibrahim • Marwan II
Amir di Kordoba
Abdurrahman I • Hisyam I • Al- Hakam I • Abdurrahman II • Abdullah • Abdurrahman III
Khalifah di Kordoba
Abdurrahman III • Al-Hakam II • Hisyam II • Muhammad II • Sulaiman • Abdurrahman IV • Abdurrahman V • Muhammad III • Hisyam III
Wilayah penting
Damaskus • Kordoba • Al-Andalus
pro-Umayyah
Tariq bin Ziyad • Hajjaj bin Yusuf • Al-Hurr
anti-Umayyah
Ali dan pendukungnya • al-Husain • Ibnu Zubair
Peristiwa penting
Shiffin • Karbala
Daulah Bani Umayyah (Masa Kemajuan Islam)
Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah Ibn Abi Sufyan Radhiallahu ‘anhu, dimana pemerintahan yang bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yaitu setelah al-Hasan bin 'Ali Radhiallahu ‘anhuma menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Mu’awiyah Ibn Abu Sufyan Radhiallahu ‘anhu dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda fitnah akibat terbunuhnya Utsman Ibn Affan Radhiallahu ‘anhu, perang jamal dan penghianatan dari orang-orang al-khawarij dan syi'ah.
Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah Ibn Abu Sufyan Radhiallahu ‘anhu mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid Ibn Muawiyah Rahimahullah. Muawiyah Ibn Abu Sufyan Radhiallahu ‘anhu bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya "khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah.

Tokoh-Tokoh
1.Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M),
2.Yazid Ibn Muawiyah,
3.Muawiyah Ibn Yazid,
4.Marwan Ibnul Hakam,
5.Abdullah Ibn Zubair Ibnul Awwam (Interegnum),
6.Abdul-Malik ibn Marwan (685- 705 M),
7.al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M),
8.Yazid ibn Abdul Malik
9.Umar ibn Abdul-Aziz (717- 720 M) dan
10.Hasyim ibn Abd al-Malik (724- 743 M).
11.Marwan II Al-Himar.Rahimahumullahu ajma,in

Masa Kehancuran
Secara Revolusioner, Daulah Abbasiyyah (750-1258) menggulingkan kekuasaan Daulah Umayyah, kejatuhan Daulah Umayyah disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya meningkatnya kekecewaan kelompok Mawali terhadap Daulah Umayyah, pecahnya persatuan antarasuku bangsa Arab dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginana mereka untuk memilki pemimpin karismatik. Sebagai kelompok penganut islam baru, mawali diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara bangsa Arab menduduki kelas bangsawan. Golongan agamis merasa kecewa terhadap pemerintahan bani Umayyah karena corak pemerintahannya yang sekuler. Menurut mereka, Negara seharusnya dipimpin oleh penguasa yang memiliki integritas keagamaan dan politik. Adapun perpecahan antara suku bangsa Arab, setidak-tidaknya ditandai dengan timbulnya fanatisme kesukuan Arab utara, yakni kelompok Mudariyah dengan kesukuan Arab Selatan, yakni kelompok Himyariyah. Disamping itu, perlawanan dari kelompok syi`ah merupakan faktor yang sangat berperan dalam menjatuhkan Daulah Umayyah dan munculnya Daulah Abbasiyyah.
Namun secara garis besar menurut Badri Yatim faktor yang menyebabkan Daulah Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran antara lain adalah :
1. Sistim pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah merupakan sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana
2. Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa kaum Syi`ah (pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti dimasa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti dimasa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan Mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puasa karena status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah
4. Lemahnya pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah dilingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan, disamping itu, golongan agama yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi`ah dan kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
Dari uraian kemunduran dan kehancuran Daulah Bani Umayyah diatas, penulis melihat hal ini merupakan sunnatullah bahwa setiap kekuasaan dan peradaban akan mencapai puncak kemajuannya, dan akan menelusuri jurang kehancurannya dikemudian hari. وَتِلْكَ الأَيَّامُ نُدَاوِلهْاَ بَيْنَ النَّاسِ…

Masa Keemasan
PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYAH
Masa Berkuasanya Bani Umayyah di Andalus dan penerusnya
1.Masuknya Islam ke Spanyol (Andalus)
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Ummat Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah, Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik Ibn Marwan Rahimahullah (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik Rahimahullah mengangkat Hasan ibn Nu'man al-Ghassani Rahimahullah menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu'man Rahimahullah sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan Radhiallahu ‘anhu) sampai tahun 83 H (masa al-Walid Rahimahullah). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair Rahimahullah di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
2.Perkembangan Islam di Spanyol (Andalus)
Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :


1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini.
Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah mau tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol. Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam I dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam I dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.

5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan daulah Murabithun (860-1143 M) dan daulah Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan politik yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakisy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh daulah Muwahhidun. Pada masa daulah Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya.
Untuk jangka beberapa dekade, daulah ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

Pada masa Bani Umayah beberapa kemajuan di bebagai sektor berhasil dicapai. Antara lain dibidang arsitektur, perdagangan, organisasi militer dan seni.
1. Arsitektur
Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari bangunan-bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang kental di setiap bangunannya.
Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengan sebutan Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota baru yang dibangun di zaman ini adalah Kota Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika dia menjabat sebagai gub ernur.
2. Organisasi militer
Di zaman ini militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan. Yaitu angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan kepolisian.
3. Perdagangan
Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur perdangan jadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.
4. Kerajinan
Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bani Umayah dimulai dengan pengangkatan Muawiyah sebagai khalifah dengan cara yang tidak demokratis pada tahun 41 H. Selanjutnya sistem kepemimpinan dilangsungkan secara monarchiheridetis (kerajaan turun temurun) selama 91 tahun. Peristiwa penting yang terjadi pada masa itu antara lain terbunuhnya Husein bin Ali di Karbala pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah.
Meski demikian, Bani Umayah mencatatkan beberapa kamajuan, terutama di bidang arsitektur, perdagangan, militer dan kesenian. Adapun masa keemasan terjadi ketika tampuk kepemimpinan berada di tangan Abdul Malik bin Marwan sampai Umar bin Abdul Aziz.

DAFTAR PUSTAKA
Ted-go.blogspot.com

Rangkuman Buku Pendidikan Kewarganegaraan


TEDI CAHYONO

A1B009091

Pendidikan Bahasa Inggris

FKIP UNIB
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah, karena berkat rahmatnyalah saya dapat menyelesaikan makalah “Pendidikan Kewarganegaraan” ini.

Harapan saya semoga makalah ini berguna bagi kita semua, walaupun mungkin banyak terdapat kesalahan. MAkalah ini diperuntukkan bagi generasi penerus yang berjiwa Pancasila, agar lebih mengetahui makna-makna dari kewarganegaraan. Sehingga kedepan tercipta manusia-manusia yang seutuhnya.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen saya Bapak Merryono yang telah membimbing dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya penulis mita maaf apabila dalam penyajian materinya terdapat kekurangan-kekurangan karena keterbatasan penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bengkulu, November 2009

Penulis
Tedi Cahyono
(A1B009091)


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………...…………………………………..i
DAFTAR ISI ii

BAB II 1
FILSAFAT PANCASILA 1
A. Pengertian Filsafat 1
B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem 1
C.Kesatuan Sila-sila Pancasila 1
D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat 2
E.Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Negara dan Negara RI 3
F. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia 4
G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila 4
H. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Bangsa dan Bernegara 5

BAB III 6
IDENTITAS NASIONAL 6
A.Pengertian 6
B. FAktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional 6
C.Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional 6

BAB IV 8
DEMOKRASI INDONESIA 8
A.Demokrasi dan Implementasinya 8
B.Arti dan Perkembangan Demokrasi 8
C. Bentuk-bentuk Demokrasi 8
D. Demokrasi Indonesia 9

BAB V 11
NEGARA DAN KONSTITUSI 11
A. Pengertian Negara 11
B. Konstitusionalisme 11
C.Konstitusi Indonesia 11

BAB VI 13
RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA 13
A. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum 13
B. Hak Asasi Manusia 13
C. Penjabaran HAM dalam UUD 1945 13
D. Hak dan Kewajiban Warga negara 13

BAB VII 15
GEOPOLITIK INDONESIA 15
A. Pengertian 15
B. Pengertian Wawasan Nusantara 15
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara 15
D. Unsur-unsur Wawasan Nusantara 15
E. Implementasi Wawasan Nusantara 15

BAB VIII 17
GEOSTRATEGI INDONESIA 17
A.Pengertian Geostrategi 17
B. Ketahanan Nasional 17
C. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap kehidupan Berbangsa dan Bernegara 17





SELAMAT MEMBACA

[--]
BAB II
FILSAFAT PANCASILA

A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philen” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution,1973).
Jadi secara harfiah istilah ilsafat adalah mengandung makna cinta kebijaksanaan.

Keseluruhan arti filsafat:
Pertama : Filsafat sebagai produk
Kedua : Filsafat seagai suatu proses

B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara kesewluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh, ciri2:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tsb mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan
4. Mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
5. Terjadi dalam lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:220.

C.Kesatuan Sila-sila Pancasila
1. Susunan Pancasila yang bersifat Hirarkhis dan berbentuk Piramidial
Pengertian Matematika piramidial digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila dari Pancasiladalam urut-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas).
Dalam susunan hierarkhis dan piramidial ini, maka Ketuhanan YME menjadi basis kemanusiaan, Persatuan Indonesia,Kerakyatan dan keadilan sosial.
Secara Onthologis kesatuan sila-sila Pancasila sbg suatu sistem adalah sbb:bahwa hakikatnya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima.

2. Kesatuan Pancasila yang saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi
Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling mangisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkhis pyramidal tadi. Tiap sila mengandung 4 sila lainnya, dikualifikasikan empat sila lainnya.

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
1. Dasar Onthologis Sila-sila Pancasila
Dasar onthologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, Oleh karena itu hakikat dasar itu juga disebut sebagai dasar antropologis.

2.Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
Sebagai suatu ideologi pancasila memiliki 3 insur pokok: (1)logos yaitu rasionalitas atau penalarannya,(2)pathos yaitu penghayatannya,dan(3)ethos kesusilaannya.
Tedapat 3 persoalan mendasar dalam epistemology yaitu:
1. sumber pengetahuan manusia
2. teori kebenaran pengetahuan manusia
3. Watak pengetahuan Manusia
3.Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
a. Teori Nilai
Menurut tinggi rendahnya Max Scheler mengelompokkan sbb :
1. Nilai-nilai kenikmatan
2. Nilai-nilai kehidupan
3. Nilai-nilai kejiwaan
4. Nilai-nilai kerokhanian

Walter G.Everet menggolongkan Nilai-nilai manusiawi sbb:
1.Nilai-nilai ekonomis
2.Nilai-nilai kejasmanian
3.Nilai-nilai hiburan
4.Nilai-nilai sosial
5.Nilai-nilai watak
6.Nilai-nilai estetis
7.Nilai-nilai intelektual
8.Nilai-nilai keagamaan

Notonagoro membagi:
1. Nilai material
2. Nilai Vital
3. Nilai kerokhanian
a. Nilai kebenaran
b. Nilai Keindahan
c. Nilai Kebaikan
d. Nilai Relijius

b. Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila I sampai V merupakan cita-cita, dambaan,harapan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya.
Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia iyulah yang menghargainya, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.

E.Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Negara dan Negara RI
1. Dasar Filosofis
Nilai-nilai Pancasila bersifat Objektif dapat dijelaskan sbb:
1. Rumusan dari sila-sila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945,hal ini sebagaimana terkandung dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap. No. V/MPR/1973.Jo.Tap NO.IX/mpr/1978.

Sebaliknya nilai-nilai Subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara
4 pokok pikiran yang bilamana dianalisis makna yang terkandung didalamnya tidak lain adalah merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.
Pokok Pikiran pertama menyatakan Negara Indonesia adalah Negara persatuan
Pokok Pikiran kedua menyatakan bahwa Negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pokok Pikiran ketiga menyatakan bahwa Negara berkedaulatan rakyat.
Pokok Pikiran keempat menyatakan ahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan YME menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

F. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti ‘gagasan, konsep, pengertian dasar,cita-cita’ dan ‘logos’ yang berarti ‘ilmu’.Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengertian- pengertian dasar.
G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila
1.Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.Dalam sila ini terkandung nilai bahwa Negara adalah sebagai penjwantahan Tuhan.
2. Kemanusiaan yang adil dan Beradab
Dalam sila ini terkandung bahwa kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia secara adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
Terkandung nilai bahwa Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai mahluk undividu dan sosial.
4.Kerakyatan yang dipimpin Oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung didalamnya bahwa Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai mahluk undividu dan sosial.Rakyat adalah sekelompok manusia yang bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah Negara.
5. Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1. keadilan distributif (Negara terhadap warganya)
2. keadilan legal (warga Negara terhadap negara)
3. keadilan komulatif (Warga Negara satu dengan lainnya).

H. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Bangsa dan Bernegara
Bangsa yang hidup dalam suatu kawasan negara bukan terjadi secara kebetulan melainkan melalui suatu perkembangan kausalitas,dan hal ini menurut Ernest Renan dan Hans Khons sebagai suatu proses sejarah terbentuknya suatu bangsa, sehingga unsur kesatuan atau nasionalisme suatu bangsa ditentukan juga oleh sejarah terbentuknya bangsa tersebut.Tekad untuk menentukan bahwa filsafat Pancasila sebagai dasar filosofis dalam berkehidupan bangsa dan bernegara ini mendapat legitimasi yuridis tatkala ‘the founding fathers” kita mengesahkan dalam konstitusi UUD 1945.
Seharusnya segala kebijakan dalam negara terutama dalam melakukan pembaharuan- pembaharuan dalam negara dalam proses reformasi dewasa ini nilai-nilai Pancasila merupakan suatu pangkal tolak derivasi balik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, hukum serta kebijaksanaan hubungan internasional dewasa ini. Hal ini dalam wacana ilahdewasa ini diistilahkan bahwa Pancasila sebagai paradigma dalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan identitas Nasional Indonesia. Selain itu filsafat Pancasila merupakan dasar dari Negara dan Konstitusi (UUD Negara) Indonesia.[]



















BAB III
IDENTITAS NASIONAL

A.Pengertian
Identitas Nasional adalah cirri yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan dengan Negara lain.Menurut Berger dalam The Capitalis Revolution,era ini ideologi kapitalislah yang akan menguasai dunia.Kapitalisme telah merubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib-nasib bangsa didunia.
Bangsa adalah sekelompok besar manusia yang memounyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu “kesatuan nasional”.
Tokoh imu pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa antara lain Margareth Mead, Ruth Bennedict, Ralph Linton, Abraham Kardiner, David Riesman.Berdasarkan uraian mereka maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional suatu bangsa,adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsure yang membentuk bangsa tersebut.

B. FAktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Faktor pendukung kelahiran identitas bangsa Indonesia meliputi (1) Faktor Objektif,yang meliputi factor geografis-ekologis dan demografis,(2) Faktor Subjektif,yaitu factor histories,sosial,politik dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Robert de Ventos mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi histories antara empat Faktor penting yaitu factor primer, factor pendorong, factor penarik dan factor reaktif. Keempat factor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan.

C.Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber pada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian suatu bangsa. Jadi filsafat ini bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh rezim atau penguasa melainkan melalui fase histories yang cukup panjang. Menurut Notonagoro bangsa Indonesia adalah sebagai kausa materialis Pancasila.Proses Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam siding-sidang BPUPKI pertama, siding “panitia 9”, siding BPUPKI kedua,serta akhirnya disyahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat Negara RI.
Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan,dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara.Sejarah terbentuknya Indonesia yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra(Palembang),kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit(JATIM),serta kerajaan-kerajaan lainnya.Proses nasionalisme yang berakar pada budaya ini diistilahkan sebagai fase terbentuknya nasionalisme lama.[]
BAB IV

DEMOKRASI INDONESIA

A.Demokrasi dan Implementasinya
Pembahasan tentang peranan Negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah tentang demokrasi karena,pertama, Hampir semua Negara didunia ini telah menjadikan demokrasisebagai asasnya. Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan Negara.
Macam-macam sistem demokrasi: pertama, sistem presidensial, kedua, sistem parlementer ketiga sistem referendum.Dari itu jelas bahwa asas demokrasi ternyata memberikan implikasi yang berbeda diantara pemakai-pemakainya.

B.Arti dan Perkembangan Demokrasi
Secara etimologis “demos” berarti rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan.Konsep dasar demokrasi berarti”rakyat berkuasa” (goverment of rule by the people).Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan atau kekusaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran hubungan negara dan hukum di yunani kuno dan diperaktikkan dalam kehidupan bernegara antara abad ke-4 sebelum masehi sampai abad ke 6 masehi. Gagasan demokrasi Yunani lenyap dari muka dunia barat ketika bangsa Romawi dikalahkan oleh suku Eropa barat dan benua eropa(600-1400).Rasaissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat pada sastra Yunani kuno, yang berupa gelombang-gelombang pemikiran yang dimulai di Italia pada abad ke 14 dan punaknya ke 15 dan 16.Peristiwa lain yang endorong timbulnya “demokrasi” adalah terjadinya reformasi,yakni revolusi agama(abad ke 16).
Dua kejadian ini telah mempersiapkan Eropah masuk kedalam Aufkung (Abad Pemikiran) dan Rasionalisme yang mendorong mereka untuk memerdekakan pikiran dari batas-batas yang ditentukan gereja.

C. Bentuk-bentuk Demokrasi
Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu formal democracy dan substantive democracy. formal democracy menunjuk dalam arti pemerintahan.
Sistem Presidensil
1.Presiden dipilih langsung oleh rakyat
2.Presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan
3.Presiden penguasa sekaligus simbol kepemimpinan
4. Presiden sebagai kepala eksekutif
Sistem Parlementer
1.Eksekutif dan legislatif menyatu
2.Kepala pemerintahan ditangan Perdana Mentri
3.Kepala Negara ditangan Raja
Selain itu terdapat juga beberapa sistem demokrasi yang mendasar pada prinsip filosofi Negara.
Demokrasi Perwakilan Liberal
a. Individu bebas
b. Rakyat diberi kebebasan dibidang politik, ekonomi, sosial, agama bahkan kebebasan arti agama
c. Kapitalis inspirasi dunia(Penguasa)
Demokrasi satu partai dan Komunis
a. Berkembang atas pemikiran commune struktur
b. Wakil-wakil commune→ commune lebih tinggi→ commune pusat
c. Kepemimpinan Profesional,revolusioner(bertentangan dengan liberal)

D. Demokrasi Indonesia
1. Perkembangan demokrasi Indonesia
a. 1945-1959, Demokrasi Parlemter
b. 1959-1965, Demokrasi Terpimpin
c.1966-1998, Demokrasi Pancasila (Konstitusi)
d. 1999-sekarang, Demokrasi Pancasila era reformasi
2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945
a.Seminar AD II (Agustus 1966)
1)Bidang Politik dan Konstitusional:
“Menegakkan kembali asas-asas Negara Hukumdimana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara, HAM,dan penyalah gunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara Institusional.
2)Bidang Ekonomi:
a. penawasan oleh rakyat terhadap penyalahgunaan keuangan negara
b. Koperasi
c. Pengakuan atas Hak Milik Perorangan dan kepastian hukum
d. Peranan pemerintah yang bersifat pembinaan
b. Munas III Persahi : The Rule of Law(Des’66)
Asas negara hugara hukum Pancasila mengandung prinsip:
1. Pengakuan dan perlindungan hak
2. Peradilan yang bebas tidak memihak
3. jaminan kepastian hukum
c. Simposium hak-hak azazi Manusia (juni 1967)
1. adanya pemerintahan yang memiliki kekuasaan
2. adanya keebasan yang sebesar-besarnya
3. perlu untuk membina suatu “rapidly expanding economy”
3. Demokrasi Pasca Reformasi

Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945
1. Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam UUD 1945 Hasil Amandemen 2002
Secara umum didalam sistem pemerintahan yabg demokratis senantiasa mengandung unsur-unsur:
1. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik
2. Tingkat persamaan tertentu diantara warganegara
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh waganegara
4. Suatu sistem Perwakilan
5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan Mayoritas
Berdasarkan unsur-unsur tesebut maka demokrasi mengandung ciri yaitu setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warganegara seharusnya terlibat dalam hal tertentu dalam pembuatan keputusan-keputusan politik,langsung atau tidak dengan melalui wakil pilihan mereka.
2. Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen 2002
1. Konsep Kekuasaan
a.Kekuasaan datangan Rakyat
 Pembukaan UUD Alinea ke 4
 Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
 UUD 1945 Pasal 1 ayat (1)
 UUD 1945 Pasal 1 ayat (2)

b.Pembagian Kekuasaan
 Kekuasaan Eksekutif, didelegasikan kepada Presiden (pasal 4 ayat (1) UUD 1945)
 Kekuasaan Yudikatif, di delegasikan kepada MA (pasal 24 (1) UUD 1945)
 Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD (pasal 5(1), 19,dan 22 C)
 19,dan 22 C Inspektif, atau pengawasan didelegasikan kepada BPK dan DPR (UUD 1945 pasal 20(1)
 Dalam UUD 1945 tidak ada kekuasaan konsultatif
c.Pembatasan Kekuasaan
Dalam menurut konsep mekanisme 5 tahunan kekuasaan, menurut UUD 1945 mencakup : periode kekuasaan, pengawasan kekuasaan, dan pertanggungjawaban.
2. Konsep Pengambilan Keputusan
Pokok pikiran bahwa konsep pengambilan keputusan yang dianut dalam hukum tata negara Indonesia adalah:
 Keputusan didasarkan pada suatu musyawarah sebagai asasnya
 Namun demikian jikalau mufakat itu tidak tercapai, maka melalui suara terbanyak
3. Konsep Pengawasan
Menurut UUD pada dasarnya adalah:
1. Dilakukan oleh seluruh warganegara
2. Secara formal ketatanegaraan pengawasan berada pada DPR
4. Konsep Partisipasi
1.Pasal 27 (1) UUD 1945
2.Pasal 28 UUD 1945
3.Pasal 30(1) UUD 1945
Berdasarkan itu maka konsep partisipasi menytangkut seluruh aspek kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan dan untuk seluruh warganegara Indonesia.[]



BAB V
NEGARA DAN KONSTITUSI

A. Pengertian Negara
Menurut Mariam Budiarjo bahwa negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warganegaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah. Unsur-unsur negara meliputi: wilayah adalah daerah teritorial yang sah, rakyat yaitu suatu bangsa sebagai pendukung pokok negara, pemerintahan yang sah diakui dan berdaulat.
Negara Indonesia
Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui Pembukaan UUD 1945 alinia 1,2,3,dan 4.

B. Konstitusionalisme
Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara.
3 elemen kesepakatan atau konsensus,sbb:
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama
2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan.

C.Konstitusi Indonesia
1.Pengantar
Suatu hal yang sangat mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 45 adalah tidak adanya sistem kekuasaan dengan “checks and balances” terutama terhadap kekuasaan eksekutif.

2.Hukum Dasar Tertulis (UUD)
Undang-undang menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangkadan tugas-tugas pokok dari badan-badan penerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan terdebut.
UUD memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat peralihan dan aturan tambahan. Hal ini mengandung:
 Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok
 Sifatnya yang supel (elastic)
Menurut Padmowahyono, kegiata negara dikelompokkan mjd:
 Penyelenggaraan kehidupan negara
 Penyelenggaraan
Sifat UUD adalah:
 Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas
 Singkat dan supel
 Memuat norma-norma
 Merupakan hukum positif tertinggi dan sebagai kontrol

3.Hukum Dasar yang Tidak Tertulis (Convensi)
Sifat-sifat:
 Merupakan kebiasaan berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara
 Tidak betentangan dengan UUD
 Diterima oleh seluruh rakyat
 Bersifat sebagai pelengkap

4. Konstitusi
Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan:
 Lebih luas dari UUD atau
 Sama dengan pengertian UUD
Kata konsstitusi dapat memiliki arti lebih luas dari UUD, karena UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja.

5. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD’45 Hasil Amandemen 2002
a. Indonesia adalah Negara Yang Berdasarkan Atas Hukum(Rechstaat)
b. Sistem Konstitusional
c. Kekuasaan tertinggi bditangan Rakyat
d.Presiden ialah penyelenggara negara tertinggi tertinggi disamping MPR dan DPR
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
f. Menteri negara ialah pembantu presiden, Menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR
g. Kekuasaan Kepala negara tidak tak-terbatas

6. Negara Indonesia adalah negara hukum
Ciri-ciri:
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan lain
c. Jaminan kepastian hukum[]










BAB VI
RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

A. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum
Prinsip-prinsip Rule of Law
3 unsur yang fundamental dalam rule of law:
 Supremasi auran-aturan hukum
 Kedudukan yang sama dimuka hukum
 Terjaminnya HAM oleh UU serta keputusan pengadilan
Gagasan baru inilah yang kemudian dikenal dengan welvaartstaat, verzorgingsstaat, welfare stte, social service state,atau negara hukum materal.
Syarat-syarat pemerintahan yang demokratis dibawah rule of law yang dinamis:
 Perlindungan konstitusional
 Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak
 Pemilu yang bebas
 Kebebasan menyatakan pendapat
 Kebebasan berserikat;beposisi
 Penddikan kewarganegaraan

B. Hak Asasi Manusia
Yaitu hak warga negara yang dihormati oleh penguasa,walaupun hak itu bertentangan dengan kemauanpenguasa.
4 macam hak-hak asasi:
 Freedom of Speech
 Freedom of Religion
 Freedom from Fear
 Freedom from want

C. Penjabaran HAM dalam UUD 1945
Susunan kodrat manusia adalah Jasmani-rokhai, Sifat kodrat manusia adalah individu dan mahluk sosial,kedudukan kodrat manusia adalahmahluk pribadi berdiri sendiri sebagai mahluk tuhan. Pasal yang mengatur HAM terdapat pada pasal 28(A-J).Selain Hak asasi juga dalam UU No. 39 tahun 1999 terkandung kewajiban asasi manusia.

D. Hak dan Kewajiban Warga negara
1. Pengertian Warganegara dan Penduduk
Warganegara adalah rakyat yang menetap disuatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan negara,Sedangkan dalam hubungan internasionaldisetiap negara selalu ada WNA yang semuanya disebut penduduk. Warganegara adalah pendduk dan setiap penduduk belum tentu warganegara.

2. Asas-asas Kewarganegaraan
a. ius-sanguinis dan ius-soli
Asas ius-soli adalah asa daerah kelahiran, Sedangkan ius-sanguinis adalah asas keturunan atau hubungan darah.
b. Bipatride dan apatride
Bipatride timbul apabila menurut aturan negara terkait seorang dianggap warganegara kedua negara itu. Sedangkan apatride timbul apabila menurut peraturan kewarganegaraan, seorang tidak diakui sebagai warganegara manapun.

3. Hak dan Kewajiban Warganegara menurut UUD 1945

4. Hak dan Kewajiban Bela Negara
a. Pengertian
Pembelaan negara adalah tekad, sikap dan tindakan warganegara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang didasari oleh cinta tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.
b. Asas Demokrasi dalam Pembelaan Negara
Mencakup 2 arti:
 Setiap warganegara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara.
 Setiap warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara.
c. Motivasi dalam Pembelaan Negara
 Pengalaman sejarah perjuangan RI
 Kedudukan wilayah RI yang strategis
 Penduduk yamg besar
 Kekayaan SDA
 Perkembangan dan kemajuan IPTEk
 Kemungkinan timbulnya bencana perang[]




















BAB VII
GEOPOLITIK INDONESIA

A. Pengertian
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi geografik suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung padaatau tidak langsung akan kepada sistem politik suatu negara.

B. Pengertian Wawasan Nusantara
Wawasan berarti cara pandang, cara tinjau atau cara melihat. Wawasan Nusantara berarti cara pandang bangsa indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasionalnya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara
1. Wilayah ( Geografis)
 Asas Kepulauan ( Archipelagic Principle)
 Kepulauan Indonesia
 Konsepsi tentang wilayah lautan
 Karakteristik wilayah nusantara
2. Geopolitik dan geostrategi
3. Perkembangan wilayah Indonesia dan dasar hukumnya

D. Unsur-unsur Wawasan Nusantara
1. Wadah
 Wujud wilayah
 Tata inti Organisasi
 Tata kelengkapan
2. Isi Wawasan Nusantara
 Cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD
 Asas Keterpaduan semua aspek kehidupan Nasional berciri manunggal, utuh menyeluruh
3. Tata laku wawasan Nusantara
 Batiniah
 Lahiriah

E. Implementasi Wawasan Nusantara
1.Wawasan Nusantara sebagai pancaran falasafah Pancasila
Wawasan nusantara menjadi pedoman bagi upaya mewujudkan kesatuan aspek kehidupan nasional untuk menjamin kesatuan, persatuan, dan keutuhan bangsa, serta untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.
2.Wawasan Nuasantara dalam pembangunan Nasional
Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik; ekonomi;Sosial budaya; Pertahanan keamanan
3.Penerapan Wawasan Nusantara
 Diterimanya konsepsi nusantara di forum Internasional
 Pertambahan luas wilayah
 Pertambahan luas wilayah diterima oleh negara-negara tetangga
 Penerapan wawasan nusantara dalam pembangunana negara
 Penerapan dibidang SOSBUD
 Dibidang HANKAM
4. Hubungan wawasan nusantara dan ketahanan Nasional.[]





































BAB VIII
GEOSTRATEGI INDONESIA

A.Pengertian Geostrategi
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan kehidupannya, eksistensinya dan untuk mewujudkan cita-cita serta tujuan nasionalnya perlu memiliki pemahaman tentanggeopalitik dan dalam implementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional,dan halinilah yang disebut sebagai “geostrategi”.

B. Ketahanan Nasional
1. Konsepsi ketahanan nasional
a.Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan Negara sehingga ia mampu mempertahankan kelangsungannya.
b.Kekuatan apa yang harusdimiliki.
c.Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya

Ketahanan adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan Negara dapat bertahan, kuat untuk menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan.
2. Ketahanan nasional sebagai kondisi

C. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap kehidupan Berbangsa dan Bernegara
1. Pengaruh aspek Ideologi
a. Ideologi dunia
1) Liberalisme
2) Komunisme
3) Keagamaan
b. Ideologi pancasila
c. Ketahanan Nasional bidang ideology
1. Konsepsi prngertian ketahanan ideology
Ketahanan Nasional bidang ideology adalah merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletandan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkankekuatan.
2. Strategi pembinaan ketahanan ideology
Pertama: secara objektif, yaitu pelaksanaan ideology dalam bidang kenegaraan.
Kedua: Secara subjektif,yang aktualisasi ideology Negara dalam kehidupan para warganegara serta kehidupan kewarganegaraan secara perseorangan.

2. Pengaruh aspek politik
a. Pengertian
Pertama: Politik sebagai sarana atau usaha untuk memperoleh kekuasaan dan dukungan dari masyarakat dalam melakukan kehidupan bersama.
Kedua: politik digunakan untuk menunjuk pada suatu rangkaian atau cara-cara yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan baik.
b. Politik dalam negeri
Adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam suatu system.

Ketahanan pada aspek politik dalam negeri
1. Sistem pemerintahan yang berdasarkan hokum
2. Mekanisme politik yg memungkinkan adanya perbedaan pendapat.
3. Kepemimpian nasional mampu mengakomodasikan aspirasi
4. Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan masyarakat

c. Politik luar negeri
Adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa.

Ketahanan pada aspek luar negeri
1. Kerjasama internasional diberbagai bidang.
2. Politik LN terus dikembangkan menurut prioritas
3. Citra positifindonesia bterus ditingkatkan dan diperluas.
4. Perkembangan, perubahan, perubahan dan gejolak dunia terus diikuti.
5. Langkah kerjasama Negara berkembang dengan industry maju untuk memperkecil ketimpangan.

3. Pengaruh aspek ekonomi
Ketahanan ekonomi adalah merupakan suatu kondisi dinamis kehidupan perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan serta dinamika perekonomian baik yang datang dari luar maupun dalam negeri, dan secara langsung maupun tidak menjamin kelangsungan dan peningkatan perekonomian bangsa dan Negara yang diatur berdasarkan UUD.

4. Pengaruh aspek Sosial Budaya
Ketahanan nasional dalam bidang SOSBUD adalah suatu kondisi dinamis SOSBUD suatu bangsa yang berisi keuletan, ketangguhan dari kemampuan suatu bangsa untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, permasalahan, segala ancaman baik yang dating dari dalam maupun luar negeri, yang dapat membahayakan kelangsungan.

5. Pengaruh aspek pertahanan dan keamanan
a. Filosofi pertahanan dan keamanan
Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan mengamankan Negara demi kelangsungan hidup bangsa dan NKRI.
b. Postur kekuatan pertahanan dan keamanan
Postur kekuatan HANKAM, Empat pendekatan yang digunakan untuk membangun yaitu pendekat ancaman, misi, kewilayahan, dan politik.
Pengembangan kekuatan HANKAM, yang meliputi wilayah laut, uadara dan darat. Kekuatan Hankam perlu mengantisipasiprediksi ancaman sejalan dengan perkembangan Iptek militer.
Geopolitik kearah ekonomi, kondisi ini mengimplikasi semakin canggihnya upaya diplomasiguna mencapai tujuan politik dan ekonomi.
c. Ketahanan pada aspek pertahanan dan keamanan
1. Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela Negara
2. Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatan.
3. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus dilindungi
4. Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan kemampuan Hankam sedapat mungkin dihasilkan oleh industry dalam negeri.
5. Dilaksanakan oleh orang yang berbudi luhur, arif, bijaksana, menghormati HAM dan menghayati makna nilai dan hakikat perang dan damai.
6. TNI berpedoman pada Sapta Marga yang merupakan penjabaran dari asas kerokhanian Negara Pancasila.
7. Kesadaran dan ketaatan pada hokum perlu ditingkatkan.
d. Keberhasilan ketahanan nasional Indonesia
1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapisegala tantangan.
2. Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideology, politik, ekonomi, sosbud, dan hankam shg setiap warga dapat mengeliminir pengaruh tsb.[]

Paraghraf Argumentasi

ANGGARAN PENDIDIKAN TIDAK HARUS DINAIKKAN

Saya beranggapan agar anggaran pendidikan tidak dinaikkan, karena masih banyak warganegara kita yang lebih mementingkan makan daripada hanya pendidikan. Apakah kasus “busung lapar” yang terjadi di Indonesia mesti kita pertahankan. Atau haruskah kita mengganti Angkatan Udara kita menjadi AD, karena mereka tak pernah “naik pesawat”. Dan menurut saya berbicara UU tanpa dana sama dengan bohong. Menurut data bahwa anggaran saat ini adalah 20%,tetapi anggaran ini menuai pro dan kontra. Banyak yang menganggap dana ini masih kurang dan berharap agar dinaikkan. Namun saya beranggapan bahwa anggaran ini sudah cukup besar.
Kesimpulannya adalah kita harus menyejahterakan penduduk kita dulu, baru kita memberikan pendidikan yang layak pada mereka. Bila masyarakat kita sudah mampu, anggaran pendidikan 10 % sekalipun, kita pasti mampu mengatasinya.

TEDI CAHYONO
Tedi.cahyono@unib.ac.id
www.tedi-go.blogspot.com

Saturday, November 7, 2009

mereka biasa




1. Nabi Muhammad SAW — pendiri Islam, penguasa Arabia
2. Isaac Newton — fisikawan, pencetus teori gravitasi umum, hukum gerak
3. Yesus — pembawa agama Kristen
4. Siddhartha Gautama (Buddha) — pendiri agama Buddha
5. Kong Hu Cu — pendiri agama Kong Hu Cu
6. Santo Paulus — penyebar agama Kristen
7. Ts’ai Lun — penemu kertas
8. Johann Gutenberg — mengembangkan mesin cetak, mencetak Alkitab
9. Christopher Columbus — penjelajah, memimpin orang-orang Eropa ke Amerika
10. Albert Einstein — fisikawan, penemu Teori Relativitas
11. Louis Pasteur — ilmuwan, penemu pasteurisasi
12. Galileo Galilei — astronom, secara akurat mengemukakan Teori Heliosentris
13. Aristoteles — filsuf Yunani yang berpengaruh
14. Euklides — matematikawan, membuktikan tentang geometri
15. Nabi Musa — nabi terbesar Yahudi
16. Charles Robert Darwin — biolog, mendeskripsikan Teori Evolusi
17. Kaisar Qin Shi Huang — Kaisar Tiongkok
18. Augustus Caesar (Kaisar Agustus) — kaisar pertama Romawi
19. Nicolaus Copernicus — astronom, salah satu tokoh Teori Heliosentris
20. Antoine Laurent Lavoisier — bapak kimia modern, filsuf, ekonom
21. Konstantin yang Agung — Kaisar Romawi yang menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi negara
22. James Watt — mengembangkan mesin uap
23. Michael Faraday — fisikawan, kimiawan, menemukan induksi elektromagnetik
24. James Clerk Maxwell — fisikawan, penemu spektrum elektromagnetik
25. Martin Luther — pendiri agama Protestan dan aliran Lutheran
26. George Washington — presiden pertama Amerika Serikat
27. Karl Heinrich Marx — bapak komunisme
28. Orville Wright dan Wilbur Wright — penemu pesawat terbang
29. Jengis Khan — penakluk dari bangsa Mongol
30. Adam Smith — ekonom, pelopor kapitalisme
31. Edward de Vere, 17th Earl of Oxford — kemungkinan menulis karya yang berkaitan dengan William Shakespeare
32. John Dalton — kimiawan, fisikawan, penemu teori atom, hukum tekanan parsial (Hukum Dalton)
33. Alexander yang Agung / Iskandar Zulkarnain — penakluk dari Makedonia
34. Kaisar Napoleon Bonaparte — penakluk dari bangsa Perancis
35. Thomas Alva Edison — penemu bola lampu dan fonograf, dll.
36. Antony van Leeuwenhoek — ahli mikroskop, mempelajari kehidupan mikroskopis
37. William Thomas Green Morton — pelopor anestesiologi
38. Guglielmo Marconi — penemu radio
39. Adolf Hitler — penakluk, memimpin Blok Poros dalam Perang Dunia II
40. Plato — filsuf Yunani
41. Oliver Cromwell — politikus Inggris dan pemimpin militer
42. Alexander Graham Bell — salah seorang penemu telepon
43. Alexander Fleming — penemu penisilin, memajukan bakteriologi, imunologi dan kemoterapi
44. John Locke — filsuf dan teolog liberal
45. Ludwig van Beethoven — komponis musik klasik
46. Werner Karl Heisenberg — pencetus Prinsip Ketidakpastian
47. Louis-Jacques-Mandé Daguerre — penemu/pelopor fotografi
48. Simon Bolivar — pahlawan nasional dari Venezuela, Kolombia, Ekuador, Peru, dan Bolivia
49. René Descartes — filsuf rasionalis dan matematikawan
50. Michelangelo Buonarroti — pelukis, pematung, arsitek
51. Paus Urbanus II — penyeru Perang Salib
52. Umar bin al-Khattab — Khalifah Ar-Rasyidin kedua, memperluas Daulah Khilafah Islamiyah
53. Asoka — raja India yang masuk dan mengembangkan agama Buddha
54. Santo Augustinus — teolog Kristen awal
55. William Harvey — penemu sirkulasi darah
56. Ernest Rutherford, 1st Baron Rutherford of Nelson — fisikawan
57. Yohanes Calvin — tokoh Reformasi Gereja, pendiri Calvinisme
58. Gregor Johann Mendel — penemu teori genetika
59. Max Karl Ernst Ludwig Planck — fisikawan, mengemukakan termodinamika
60. Joseph Lister, 1st Baron Lister — pelaku penemuan antiseptik yang secara besar mengurangi kematian akibat pembedahan
61. Nikolaus August Otto — penemu mesin pembakaran 4 tak
62. Francisco Pizarro — penakluk bangsa Spanyol yang menaklukkan Kerajaan Inka di Amerika Selatan
63. Hernando Cortes — penakluk bangsa Spanyol yang menaklukkan Meksiko
64. Thomas Jefferson — presiden ketiga AS
65. Ratu Isabella I — penguasa Spanyol, penyokong Cristopher Colombus
66. Joseph Stalin — tokoh revolusioner dan penguasa Uni Soviet
67. Julius Caesar — penguasa Roma
68. Raja William I sang Penakluk — meletakkan pembangunan Inggris modern
69. Sigmund Freud — pendiri sekolah Freud untuk psikologi, ahli psikoanalisis
70. Edward Jenner — penemu vaksin cacar
71. Wilhelm Conrad Roentgen — penemu sinar X
72. Johann Sebastian Bach — komponis
73. Lao Tzu — pendiri Taoisme
74. Voltaire — penulis dan filsuf
75. Johannes Kepler — astronom penemu Hukum Kepler tentang pergerakan planet
76. Enrico Fermi — salah satu tokoh abad atom, bapak bom atom
77. Leonhard Euler — fisikawan, matematikawan penemu kalkulus diferensial dan integral serta al-Jabar
78. Jean-Jacques Rousseau — filsuf dan pengarang Prancis
79. Niccolò Machiavelli — penulis Sang Pangeran (risalat politik yang berpengaruh)
80. Thomas Robert Malthus — ekonom penulis Esai Prinsip Populasi dalam Pengaruhnya pada Kemajuan Masa Depan pada Masyarakat
81. John Fitzgerald Kennedy — presiden AS yang mendirikan “Program Luar Angkasa Apollo”
82. Gregory Goodwin Pincus — endokrinolog, menemukan pil KB
83. Mani — Nabi Iran abad ke-3, pendiri Manicheanisme
84. Lenin — tokoh revolusioner dan pemimpin Rusia
85. Kaisar Sui Wen — menyatukan Tiongkok, pendiri dinasti Sui
86. Vasco da Gama — navigator, penemu rute pelayaran Eropa ke India
87. Raja Cyrus (Koresy) yang Agung — pendiri kekaisaran Persia
88. Tsar Peter yang Agung — mendekatkan Rusia kepada Eropa
89. Mao Zedong — bapak Maoisme, komunisme Tiongkok
90. Sir Francis Bacon — filsuf, menggambarkan secara induktif metode ilmiah
91. Henry Ford — pembuat mobil model T
92. Meng Tse — filsuf, pendiri sekolah Konfusianisme
93. Zarathustra — pendiri Zoroastrianisme
94. Ratu Elizabeth I — ratu Inggris, memperbaiki Gereja Inggris setelah Ratu Mary
95. Mikhail Sergeyevich Gorbachev — Perdana Menteri Rusia yang mengakhiri Komunisme di Uni Soviet dan Eropa Timur
96. Raja Menes — menyatukan Mesir Atas dan Mesir Bawah
97. Kaisar Charlemagne — Kaisar Romawi Suci
98. Homer — penyair epik
99. Kaisar Justinianus I — kaisar Romawi, menaklukkan kembali kekaisaran Mediterania
100. Mahavira — pendiri Jainisme


10 Tokoh terhormat sepanjang sejarah

1. St. Thomas Aquinas : filsuf Kristen awal yang berpengaruh
2. Archimedes : matematikawan dan insinyur besar Yunani kuno
3. Charles Babbage : matematikawan dan penemu pelopor komputer
4. Kaisar Khufu (Cheops) : pembangun Piramida Besar
5. Marie Curie fisikawan : penemu radioaktif
6. Benjamin Franklin : politikus Amerika dan penemu
7. Mohandas Karamchand Gandhi : pemimpin India dan pembaharu Hindu
8. Abraham Lincoln : presiden 16 AS, memimpin selama Perang Sipil AS
9. Ferdinand Magellan : navigator, memberi nama Samudra Pasifik, pertama kali mengelilingi dunia
10. Leonardo da Vinci : seniman, penemu

I. PENDAHULUAN

Daulah Bani Umayah yang ibukota pemerintahannya di Damaskus berlangsung selama 91 tahun diperintah oleh 14 orang khalifah. Kejayaan Bani Umayah dimulai pada masa Abdul Malik dan berakhir pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Sepeninggal Umar, kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya tumbang. Penyebabnya adalah para khalifah lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum. Pun demikian kemajuan-kemajuan di bidang arsitektur, kesenian dan perdagangan berhasil dicapai pada masa Bani Umayah.

Tentunya sangat menarik mengkaji dinamika khilafah Bani Umayah ini. Sebab selain khilafah ini berada pada masa transisi, berbagai intrik menarik terjadi di zaman ini. Mulai dari banyaknya khalifah yang tidak berpihak pada rakyat sampai pembunuhan Husein bin Ali di Karbala. Semoga dengan mengkaji perkembangan Islam pada kurun ini akan memperkaya wacana kita terutama dalam hal politik Islam.

I. PEMBAHASAN

A. SITUASI SOSIAL DAN DINAMIKA POLITIK SEPENINGGAL KHALIFAH ALI

Setelah pada tanggal 20 Ramadhan 40 H Ali ditikam oleh Ibnu Muljam, salah satu pengikut Khawarij, kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya (Hasan bin Ali) selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata sangat lemah, sementara pengaruh Muawiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjannjian damai. Perjanjian itu dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam suatu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah bin Abi Sufiyan. Di sisi lain perjanjian itu menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H, tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun Jama’ah (‘am al jama’ah). Dengan demikian telah berakhirlah masa Khulafa’ur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayah dalam sejarah politik Islam.

B. PENGANGKATAN YAZID DAN PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN

Deklarasi pengangkatan Yazid bin Muawiyah sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat. Akibatnya terjadi perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Dalam hal ini Abdurrahman bin Abu Bakar berpendapat bahwa pengangkatan ini tak ubahnya sebuah heracliusisme, yaitu ketika seorang heraclius meninggal akan digantikan oleh heraclius yang lain. Pelanggaran terhadap perjanjian yang disepakati antara Hasan bin Ali dan Muawiyah telah terjadi dalam hal ini. Sebab dalam perjanjian itu disebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kapada umat Islam.

Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi kekuatan kembali. Perlawanan pertama dimulai oleh Husein bin Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Makkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai khalifah. Dalam sebuah pertempuran tidak seimbang di Karbala, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala.

Pemerintahan Yazid tak henti menuai pemberotakan. Puncaknya ketika Abdullah bin Zubair dan gerakan oposisinya yang dibina di Makkah meyatakan menolak sumpah setia terhadap Yazid. Tentara Yazid kemudian mengepung Makkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran tak dapat dihindarkan. Namun, pertempuran itu terhenti karena Yazid wafat.

C. PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYAH

Pada masa Bani Umayah beberapa kemajuan di bebagai sektor berhasil dicapai. Antara lain dibidang arsitektur, perdagangan, organisasi militer dan seni.

1. Arsitektur

Pada masa Bani Umayah bidang arsitektur maju pesat. Terlihat dari bangunan-bangunan artistik serta masjid-masjid yang memenuhi kota. Kota lama pun dibangun menjadi kota modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam yang kental di setiap bangunannya.

Adapun pada masa Walid dibangun sebuah masjid agung yang terkenal dengan sebutan Masjid Damaskus yang diarsiteki oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Sedangkan kota baru yang dibangun di zaman ini adalah Kota Kairawan. Didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika dia menjabat sebagai gub ernur.

2. Organisasi militer

Di zaman ini militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan. Yaitu angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahiriyah) dan angkatan kepolisian.

3. Perdagangan

Setelah Bani Umayah berhasil menaklukkan bebagai wilayah, jalur perdangan jadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan makmur, begitu pula kota Aden.

4. Kerajinan

Ketika khalifah Abdul Malik menjabat, mulailah dirintis pembuatan tiras (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.

III. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bani Umayah dimulai dengan pengangkatan Muawiyah sebagai khalifah dengan cara yang tidak demokratis pada tahun 41 H. Selanjutnya sistem kepemimpinan dilangsungkan secara monarchiheridetis (kerajaan turun temurun) selama 91 tahun. Peristiwa penting yang terjadi pada masa itu antara lain terbunuhnya Husein bin Ali di Karbala pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah.

Meski demikian, Bani Umayah mencatatkan beberapa kamajuan, terutama di bidang arsitektur, perdagangan, militer dan kesenian. Adapun masa keemasan terjadi ketika tampuk kepemimpinan berada di tangan Abdul Malik bin Marwan sampai Umar bin Abdul Aziz.

Fenomena punkers




JALANAN KEHIDUPAN ATAU PELARIAN


Sejak Marjinal bermarkas di Gang Setiabudi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, dari hari ke hari kian banyak saja anak muda yang datang dan terlibat dalam program workshop. Selain membuka workshop cukil kayu dan musik, Marjinal mengusahakan distro sederhana. Sebuah lemari etalase diletakkan di beranda, menyimpan pelbagai produk Taringbabi; dari kaos, kaset, pin, stiker, emblem, zine sampai buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer. Di dinding didisplay puluhan desain kaos, di ruang tamu yang selalu riuh itu. Di tengah-tengah kotak display, ada gambar tengkorak yang berbarik sebagai ikon Taringbabi.

Para punker biasanya datang secara berkelompok. Biasanya mereka duduk-duduk di beranda depan, melepas penat, setelah seharian berada di jalanan, sambil asyik ngobrol dan bermain musik. Dengan ukulele (kentrung), gitar dan jimbe mereka menyanyikan lagu-lagu Marjinal. Bob dan Mike pun ikut nimbrung bernyanyi bersama. Mike memberitahu accord atau nada sebuah lagu, dan menjelaskan makna dari lirik lagu itu. Proses belajar dan mengajar, secara tidak langsung terjadi di komunitas, dengan rileks.

Sebagian besar anak-anak itu memilih hidup di jalanan, sebagai pengamen. Ada yang masih sekolah, banyak juga yang putus sekolah. Mereka mengamen untuk membantu ekonomi orangtua. Sebagian besar mereka berlatar belakang dari keluarga miskin kota, yang tinggal di kampung-kampung padat penduduk; Kali Pasir, Mampang, Kota, Matraman, Kampung Melayu, Cakung, Cengkareng, Cipinang dan lain sebagainya. Bahkan ada yang datang dari kota-kota seperti Medan, Batam, Serang, Bandung, Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, Makasar, Manado, dll. “Dengan mengamen mereka bisa bertahan hidup, dengan mengamen mereka bisa membiayai sekolah dan membantu belanja sembako untuk ibu mereka.,” kata Mike, aktifis Marjinal.

Jika sekilas memandang penampilan mereka, boleh dibilang sebagai punk: ada yang berambut mohawk, jaket penuh spike, kaos hitam bergambar band-band punk dengan pelbagai slogan anti kemapanan. Kaki mereka dibalut celana pipa ketat dan mengenakan sepatu boot, ada juga yang hanya bersandal jepit.

Bagi anak-anak jalanan itu, Marjinal bagaikan oase, mata air yang menyegarkan kehidupan dan hidup mereka, di tengah cuaca kebudayaan Indonesia yang masih memarjinalkan anak-anak miskin kota, seperti yang didedahkan lirik lagu Banyak Dari Teman-temanku berikut ini:

Banyak dari teman-temanku / Lahir dari keluarga miskin / Di mana engkau enggan melihatnya, disana tak sederhana / Tak ada lagi banyak pilihan / / Diantara bising kereta / Dan sudut-sudut kumuhnya pasar / Di bawah terik matahari, disana tak sederhana / Tersangkut tajamnya pagar berduri / / Pelajar yang putus sekolah / Perempuan dan pekerja kasar / Dibawah beban yang dipikulnya, mereka tak sederhana / Terjebak pilihan yang berbahaya / / Tidur beralas tikar, dingin beratap mimpi / Tapi semuanya sirna oleh kenyataan / Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala / Disunat dipotong-potong dicincang-cincang / / Banyak dari teman-temanku yang hidup dijalan sana / Dimana kau tak merindukannya mereka kian tersiksa / Tergusur gagahnya gedung yang somse (sombong sekali ah!) / / Di balik tirai yang suram dan dipinggir keangkuhan / Bergelut dengan kegelapan tersungkur di kaki besi / Tertembus panasnya timah kebencian

***

Persoalan anak jalanan di kota-kota besar di negeri ini sudah lama diperbincangkan, mulai dari kampus, kelompok studi, sampai seminar di hotel berbintang lima. Namun, untuk mengurai persoalan ini tidak mudah sebab menyangkut perut banyak orang. Banyak oknum yang memeras anak jalanan.

Pada saat krisis ekonomi, jumlah anak jalanan melonjak 400 persen. Sedangkan Departemen Sosial, tahun 1998 memperkirakan, jumlah anak jalanan mencapai angka 170.000 anak. Anak jalanan, secara umum akan dibilang anak jalanan yang masih tinggal dengan orantuanya atau keluarganya dan anak jalanan yang benar-benar lepas dari keluarganya serta hidup sembarangan di jalanan. Usia mereka 6-15 tahun.

Kehidupan anak muda di jalan adalah satu subkultur. Sebuah subkultur selalu hadir dalam ruang dan waktu tertentu, ia bukanlah satu gejala yang lahir begitu saja. Kehadirannya akan saling kait mengait dengan peristiwa-peristiwa lain yang menjadi konteksnya. Untuk memudahkan kita memahami gagasan mengenai subkultur anak muda jalanan, mari mencermati peta antara hubungan anak muda dan orang tua, serta kultur dominan sebagai kerangkanya.

Sekurang-kurangnya, ada dua pihak yang –berkat dukungan modal yang melekat pada dirinya– berupaya mengontrol kehidupan kaum muda, yaitu negara dan industri berskala besar. Di Indonesia, pihak pertama yaitu negara berupaya mengontrol kehidupan anak muda melalui keluarga. Keluarga dijadikan agen oleh negara, sebagai saluran untuk melanggengkan kekuasaan.

Melalui UU No. 10/1992 diambil satu keputusan yang menjadikan keluarga sebagai alat untuk mensukseskan pembangunan. Keluarga tidak hanya dipandang memiliki fungsi reproduktif dan sosial, melainkan juga fungsi ekonomi produktif. Pengambilan keputusan keluarga dijadikan alat untuk mensukseskan pembangunan, pada gilirannya, membawa perubahan pada posisi anak-anak dan kaum muda dalam masyarakat.

Negara memandang anak-anak dan kaum muda sebagai satu aset nasional yang berharga. Karena itu, investasi untuk menghasilkan peningkatan modal manusia (human capital) harus sudah disiapkan sejak sedini mungkin. Dalam hal tugas orang dewasa adalah melakukan penyiapan-penyiapan agar seorang anak bisa melalui masa transisinya menuju dewasa. Akibatnya ada pemisahan yang jelas antara masa anak-anak dan masa muda dengan masa dewasa. Adalah tugas orang tua untuk memberikan pemenuhan gizi yang dibutuhkan, mengirim ke sekolah sebagai bagian dari penyiapan masa transisi.

Saya Shiraishi (1995) yang banyak mengamati kehidupan keluarga dan masa kanak-kanak dalam masyarakat Indonesia mutakhir mengatakan bahwa implikasi lebih lanjut dari gagasan keluarga modern itu pada akhirnya menempatkan anak-anak sepenuhnya dibawah kontrol orangtua. Orangtua menjadi kuatir bila anaknya tidak mampu melewati masa transisi dengan baik, misalnya putus sekolah, dan akan terlempar menjadi kaum “tuna” (tuna wisma, tuna susila dan tuna lainnya), kaum yang kehidupannya ada di jalanan.

Kekuatiran ini bisa dilihat secara jelas dengan streotipe mengenai kehidupan jalanan sebagai kehidupan “liar”. Bukanlah satu hal yang mengada-ada bila kemudian para. orang tua lebih memilih untuk memperpanjang proteksi anak-anaknya untuk berada di dalam rumah sebab lingkungan di luar rumah dianggap sebagai”liar” dan mengancam masa depan anaknya. Pilihan untuk memperpanjang masa proteksi anak-anak inilah yang kemudian ditangkap sebagai peluang niaga oleh para pengusaha.

Belakangan ini dengan mudah kita bisa melihat berbagai produk atau media untuk membantu penyiapan masa transisi anak-anak. Berbagai media cetak dan elektronika mengeluarkan berbagai produk bagaimana menyiapkan anak secara “baik dan benar” dalam rangka pengembangan sumber daya pembangunan. Para orang tua pada. gilirannya akan lebih mengacu pada berbagai media itu sendiri dibandingkan pada peristiwa sehari-hari yang dialami oleh anaknya.

Cara membesarkan anak yang diimajinasikan oleh negara dan pemilik modal inilah yang kemudian menjadi wacana penguasa (master discourse) untuk anak-anak Indonesia. Ia digunakan sebagai alat untuk menilai kehidupan keseluruhan anak dan kaum muda di Indonesia. Hasilnya seperti yang ditunjukkan Murray (1994) adalah mitos kaum marjinal: yang dari sudut pandang orang luar menggambarkan orang-orang ini sebagai massa marjinal yang melimpah ruah jumlahnya dengan budaya kemiskinan dan sebagai lingkungan liar, kejam dan kotor … sumber pelacuran, kejahatan dan ketidakamanan.

Jalan raya bukanlah sekadar tempat untuk bertahan hidup. Bagi kaum muda tersebut jalanan juga arena untuk menciptakan satu organisasi sosial, akumulasi pengetahuan dan rumusan strategi untuk keberadaaan eksistensinya. Artinya ia juga berupaya melakukan penghindaran atau melawan pengontrolan dari pihak lain.

Sebuah kategori sosial, anak jalanan, bukanlah satu kelompok yang homogen. Sekurang-kurangnya ia bisa dipilah ke dalam dua kelompok yaitu anak yang bekerja di jalan dan anak yang hidup di jalan. Perbedaan diantaranya ditentukan berdasarkan kontak dengan keluarganya. Anak yang bekerja di jalan masih memiliki kontak dengan orang tua, sedangkan anak yang hidup di jalan sudah putus hubungan dengan orang tua.

Soleh Setiawan, seorang anak jalanan yang sudah hampir dua puluh tahun hidup di jalan menuturkan pengalamannya. Katanya, waktu kecil ia banyak ngeluyur di kampung Arab lalu sempat sekolah di Al-Irsyad, sebuah sekolah ibtidaiyah di Pekalongan. Tapi ia lebih senang bermain di jalan dibanding sekolah, lebih banyak bermain dari pada belajar. Sejak kecil dia tidak mengenal orangtua kandungnya. Dia dibesarkan seorang pamannya yang juga lebih banyak hidup di jalan. Seorang dokter yang cukup terpandang di Pekalongan mengadopsinya. Tetapi Soleh kecil selalu tidak merasa betah tinggal di rumah itu walau segala kebutuhannya dicukupi oleh orangtua angkatnya. Dia lebih sering bermain di luar rumah, sehingga orangtua angkatnya murka. Soleh pun minggat dari rumah. Dengan menumpang kereta api barang, ia pergi ke beberapa kota di Jawa, lalu ikut kapal penangkap ikan dengan rute pelayaran Kalimantan – Bali. Ia bekerja sebagai koki kapal selama 3 bulan.

Ketika pertama kali hadir di jalan, seorang anak menjadi anonim. Ia tidak mengenal dan dikenal oleh siapapun. Selain itu juga ada perasan kuatir bila orang lain mengetahui siapa dirinya. Tidaklah mengherankan bila strategi yang kemudian digunakan adalah dengan menganti nama. Hal ini dilakukan untuk menjaga jarak dengan masa lalunya sekaligus masuk dalam masa kekiniannya. Anak-anak mulai memasuki dunia jalanan dengan nama barunya. Ketika hidup di jalanan, Soleh dipanggil Gombloh karena sering nggambleh, bergelantungan di mobil atau kereta api, pergi ke mana pun tanpa tujuan. Biasanya anak-anak yang berasal dari daerah pedesaan menggganti dengan nama-nama yang dianggap sebagai nama “modern” yang diambil dari bintang rock atau yang yang biasa didengarnya misalnya dengan nama John, Jimi, Tomi dan semacamnya.

Proses penggantian sebutan itu dengan sendirinya menunjukkan bahwa ia bukan sekadar pergantian panggilan saja tetapi juga sebagai sarana menanggalkan masa lalunya. Artinya ia adalah bagian dari proses untuk memasuki satu dunia (tafsir) baru. Sebuah kehidupan yang merupakan konstruksi dari pengalaman sehari-hari di jalan.

***

Apakah mereka memahami apa itu punk?

Mike: Terus terang gua ngasih acungan jempol buat teman-teman yang hidup di jalan… Mereka punya kebanggaan, berpenampilan ngepunk, mereka tetap bertahan walau orang-orang sekitar yang melihat menilainya macam-macam. Bagi gua itu sebuah bentuk perlawanan juga. Melawan pikiran-pikiran orang yang sudah dimapankan — yang menganggap negatif karena melihat penampilan orang lain yang beda, menyimpang, diluar kelaziman. Tapi yang lebih penting adalah nilai-nilai punk dalam prakteknya berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mereka bisa survive, menjalin kebersamaan, saling peduli satu sama lain dan tetap mengunggulkan rasa dan kebebasan. Hidup di jalanan kan penuh tantangan. Apalagi sesusia mereka, ada yang masih anak-anak, yang orang bilang diluar kewajaran — ketika anak-anak yang lain kan sekolah, pulang ke rumah, bermain, latihan ini dan itu, les piano … Mereka hidup di jalanan mencari uang untuk membantu orangtua. Kadang dikejar dan digaruk trantib. Digertak atau diperas orang yang sok jagoan, macho… Tapi dalam posisi bertahan hidup di jalan, mereka mandiri, sehat, gembira, dan punya rasa humor. Buat gue itu penting, manusiawi banget!

Tapi, di sisi lain Mike prihatin ketika melihat para punker yang hidup di jalan, hanya menjadikan jalanan sebagai tempat nongkrong dan mabuk-mabukan. Mereka mencari uang dengan mengamen tapi hasil jerih payahnya itu hanya untuk membeli obat-obatan (drugs) dan minuman beralkohol. Mereka masih berusia belasan tahun, tiba-tiba memutuskan berhenti sekolah dan lari dari rumah, karena terpengaruh teman-teman nongkrong . Mereka menenggak minuman dan menelan puluhan tablet dextro (tablet obat batuk yang disalahgunakan untuk mabuk). Banyak dari mereka adalah perempuan berusia dini, dan menjadi korban pelecehan seksual.

Bagi mereka, punk sebatas tempat pelarian. Lari dari kesumpekan rumah. Lari dari tekanan hidup. Lari dari tanggungjawab. Lari dari kenyataan! Di kepala mereka, dengan berpenampilan diri seperti punker, mereka bisa bebas dari segala bentuk tekanan hidup, bebas semau-gue, bebas nenggak minuman atau menelan puluhan tablet dextro, bebas mengekspresikan diri sebebas-bebasnya walau masyarakat di sekitarnya terganggu, seperti yang terjadi berikut ini:

Pada suatu siang yang gerah, empat anak-muda (belasan tahun) berjalan oleng di depan squat Marjinal. Mereka sudah beberapa kali mondar-mandir, dan seorang diantaranya berwajah pucat, matanya terpejam, dalam keadaan mabuk berat, sehingga menjadi tontonan warga. Ketika ditanya tujuannya hendak ke mana, mereka cuma menggeleng-gelengkan kepala sambil meringis.

Anak-anak kampung Setiabudi (berusia belasan tahun) pun mengarak mereka ke pinggir kali. Segala atribut punk yang melekat di tubuh mereka dilemparkan ke kali, sambil diteriaki,”Pecundang! Pecundang! Pecundang!” Setelah itu, mengusir mereka.

Kejadian serupa, akhir-akhir ini banyak terjadi di beberapa tempat di Jakarta. Bahkan ada aksi kriminal, seperti kasus perkosaan yang terjadi di terowongan Casablanca yang dilakukan segerombolan orang yang beratribut punk, yang diceritakan Kodok (personil Bombardir). “Begitu mendengar kejadian itu, gue bareng warga menyisir beberapa tempat yang biasanya jadi tempat nongkrong mereka,” ujar Kodok dengan nada tinggi.

Squat Marjinal juga sering kedatangan para orangtua yang mencari keberadaan putrinya — (seperti Nia dari Citayam). Belum lagi pertanyaan-pertanyaan para ibu tentang putra-putri mereka yang berperilaku “aneh” di mata mereka. “Rambut diwarnai merah, sering diluar rumah, dan malas sekolah, maunya pergi jauh ke Jawa padahal gak megang duit” kata seorang ibu dari Pondok Kopi.

Sampai saat tulisan ini dibuat, masyarakat awam masih memandang Punk sebagai sebuah organisasi yang terpusat. Sehingga wajar saja apabila para orangtua menanyakan segala sesuatu menyangkut putra-putrinya ke squat Marjinal. Pada kenyataannya, punk adalah satuan-satuan kecil komunitas yang menyebar. Di luar itu, adalah massa cair seperti yang dipresentasikan para gerombolan yang beratribut punk di jalanan.

Berbeda dengan gerombolan yang beratribut punk di jalanan yang ngamen untuk mabuk, punk jalanan yang beken juga di sono disebut street punk adalah sebuah gerakan budaya tanding ( counter cilture) yang melawan kemapanan budaya dominan yang dibentuk oleh sistem kekuasaan. Street punk muncul di Inggris pada tahun 1980-an, pada masa rezim Perdana Menteri Margareth Thatcher, dari Partai Konservatif, yang kebijakan ekonominya sangat liberal, memberi peluang kapitalis mengembangkan pasar modal (ekonomi uang) tetapi di sisi lain mengabaikan kelas pekerja, sehingga pengangguran pun merajalela. Ketika pabrik-pabrik menutup lowongan pekerjaan, bahkan memecat banyak karyawannya dengan alasan efesiensi, masyarakat kelas pekerja menggunakan jalanan sebagai tempat mencari nafkah, membuat jejaring-kerja, serta aksi protes yang diselingi karnaval dan musik.

Sebagai sub-kultur Punk terinspirasi oleh karya-karya seni perlawanan. Antara lain, dari novel karya Charles Dickens, yang sebagian besar menceritakan nasib anak-anak (dari panti asuhan) yang dipaksa bekerja sebagai pembersih cerobong asap di pabrik-pabrik yang menggunakan teknologi mesin uap untuk menggenjot produksi pada era Revolusi Industri. Anak-anak itu merasa tersiksa bekerja sehari-semalam, tanpa makanan yang cukup, di tempat-tempat yang kumuh tidak berpenerangan. Mereka akhirnya memberontak, menolak segala bentuk eksploitasi! Mereka lari dari panti-asuhan! Lalu memutuskan hidup secara kolektif. Mereka menggunakan jalanan di London sebagai sumber mencari nafkah dan ilmu-pengetahuan. Dan terbebas dari eksploitasi.

Bagi seorang punk, jalanan adalah kehidupan. Di jalanan mereka bertemu dengan orang-orang, di jalanan mereka saling berbagi pengetahuan, di jalanan mereka berdagang, di jalanan mereka menyuarakan kebenaran melalui nyanyian. Pada 1980-an, terjadi bentrokan hebat antara punker dan hippies, karena perbedaan persepsi tentang kehidupan di jalanan. Bagi hippies, jalanan adalah ruang publik sebagai tempat mereka mengekspresikan kemuakan akan kehidupan yang diwarnai perang dan ancaman nuklir. Di jalanan mereka berdemonstrasi membagi-bagikan bunga, seks bebas (war no, sex yess) dan menenggak obat-obatan (drugs) –mereka ingin lari (escape) dari kehidupan ini. Kebalikannya, punk melihat kehidupan ini sebagai projeksi, tergantung si individu itu untuk melakukan perubahan. Perubahan itu dimulai dari yang tidak ada, doing more with less, menjadi sesuatu yang ada dan berarti. Punk tak pernah lari dan sembunyi ketika dihadapkan pada problematika kehidupan. Hadapi! Tuntaskan!

Melihat fenomena gerombolan yang beratribut punk yang nongkrong, mabuk dan mondar-mandiri di Jakarta akhir-akhir ini, tidak perlu dipertanyakan lagi… Mereka bukan punk! Mereka hanya beratribut punk tetapi jalan hidupnya adalah hippies! Hanya hippies yang lari dari kehidupan, dengan nenggak minuman dan obat-obatan (drugs), mereka lari dari kebebasan (escape from freedom). ***




Gema Al-Qur’an di Komunitas “Punk”
Fenomena baru: ngaji di kalangan anak Punk. Mereka mengidetitaskan pengajian komunitas underground itu dengan sebutan Punk Moslem.

sebut saja Ahmad Zaki, menyisihkan waktunya untuk mengasuh anak-anak punk belajar membaca Al Qur’an. Zaki, menaruh harapan besar, generasi muda ini kelak menjadi agen perubahan untuk menularkan kebaikan kepada rekan-rekan sesama anak-anak punk.
Pergumulan Zaki dengan komunitas anak-anak punk bermula ketika ia bergaul dengan teman-teman komunitas punk di kawasan gubeng, Ramadhan dua tahun yang lalu (2007). Ketika itu, Zaki menjadi Event Organigizer (EO) sebuah pertunjukan musik di sebuah kampus. Ia sering mengundang komunitas punk dalam kegiatan pertunjukan musik di mall-mall, kampus dan sekolah-sekolah.
Saat itulah Zaki mendapat tempat di hati anak-anak punk. Mereka sering bertanya, kapan ada job lagi, maksudnya agenda ngeband. “Mereka yakin, secara materi bisa mendapatkan sesuatu, setelah saya menjadi marketing kelompok band mereka,” ujar Zaki mengenang.
Zaki yang aktif di Dompet Dhuafa (DD) rupanya telah mengamati perkembangan anak-anak punk yang acapkali nongkrong di jalan-jalan ini. Meski Zaki bukan anak jalanan, ia merasa terpanggil untuk berdakwah di komunitas anak-anak punk.“Dulu, saya pernah pernah bandel. Setidak-tidaknya, saya tahu kehidupan mereka,” kilahnya.
Di komunitas band underground itulah, Zaki bertemu dengan (alm) Budi Khaironi, orang yang paling disegani di komunitas punk tersebut. Sebelum meninggal akibat kecelakan motor (Maret 2007), Zaki teringat kata-kata yang pernah diucapkan pimpinan komunitas punk itu: “Bang Zaki, tolong bimbing teman-teman kami (secara spiritual).”
Lalu siapa sesungguhnya Budi Khaeroni (32)? Dia adalah anak jalanan jebolan pesantren yang terjun ke jalan. Selain ngeband dan mengamen, Budi pernah menjadi Ketua Panji (Persaudaaran Anak Jalanan Indonesia).
Perlu diketahui, setiap wilayah di Indonesia, mereka punya persaudaraan, komunitasnya sekitar 5000-an, rata-rata muslim. Jika ada teman-teman yang terjaring trantib, Budi-lah yang mengurus untuk membebaskan rekannya itu. Di usia muda, tepatnya 23 Mei 2007 lalu, Budi meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, meskipun sempat dirawat selama tiga hari di RS.Karangmenjangan.
Komunitas Punk Moeslem rupanya mulai banyak jaringannya. “Kalau ikut komunitas mereka di tangerang, shalat Jumat, misalnya, khotibnya pun dari kemunitas mereka sendiri, gayanya metal abis. Termasuk jamaahnya. Memang, nggak semuanya punk, alirannya beragam, ada yang beraliran regge, alternatif, rap, dan aliran musik lainnya,” kata Zaki.
Ternyata Budi tidak sendiri. Ada seorang rekan yang memiliki misi sama untuk mengisi ladang dakwah ini di tengah komunitas anak punk. Ia adalah Bowo, anak kiai jebolan pesantren yang juga habis waktunya di jalan. Sejak itulah, Zaki merasa mendapat dukungan penuh.
“Kalau bukan kita siapa lagi yang akan berdakwah di kalangan anak jalanan. Kalau mau dakwah di komunitas anak jalanan, elu harus main di jalanan. Jika berdakwah di komunitas punk, elu tidak bisa pake baju koko, yang menunjukan kesalehan,” begitu Bowo pernah berujar.
Sebagai generasi punk yang tobat, Budi dan Bowo merasa prihatin dan gerah melihat teman-teman yang mengalami disorientasi dalam hidupnya.
“Kini banyak bermunculan generasi punk yang tidak jelas, apakah punk ideologis atau punk modis. Kalau tahun 1994, banyak punk ideologis. Mereka benar-benar punk. Sekarang sekadar punk mode,” kata Zaki.
Keprihatinan itulah yang mendorong Zaki, Budi dan Bowo menarik anak-anak punk yang sudah bosan dengan jalan hidupnya. Ngeband dan mengaji adalah kultur baru yang hendak ditularkan ke generasi punk. Mereka menyebut identitas kelompoknya dengan sebutan punk Moeslem. Saat ngeband, syairnya pun bernuansakan Islami. Ketika Islam menjadi basic, mereka mulai malu saat berbuat maksiat.
Punk Moslem lahir karena keprihatinan seorang Budi (alm), akan kondisi pemuda yang berada dikomunitas Punk, hidup tanpa orientasi (anti kemapanan) dan meninggalkan agamanya. Punk Moslem itu didirikan sejak Ramadhan 1427 H (2007). Sebelum berdiri Punk Moslem, Budi sempat mendirikan Warung Udix Band yang berdiri 7 tahun yang lalu dan sempat mengeluarkan album indielabel “Anak Bayangan”. Di Warung Udix, ia merekrut anak-anak punk dan mengajarkan pendidikan Islam.
“Kalau orang bangga dengan kemusrikan dan dosa-dosa yang mereka lakukan, tapi punk moeslem bangga dengan agama mereka (Islam). Biar mereka anak jalanan, brutal, tapi anak-anak punk moeslem tetap punya Tuhan. Ketika teman-teman menamakan dirinya punk muslim, ada sebagian komunitas yang menolak punk muslim secara tegas. Mereka berkilah, tidak ada tuh anak punk yang punya tuhan atau ideologis.”
Setelah ngeband, anak-anak punk merasa ada sesuatu yang kosong. Sejak 4-5 bulan yang lalu, dibuatlah pengajian rutin. Setiap malam Jumat, diadakan taklim, bentuknya seperti mentoring. Sedangkan Selasa malam, belajar tahsin. Mulanya hanya lima anak yang ngaji, kemudian berkembang menjadi 20 orang, laki-laki dan perempuan. Kini, ngaji bagi mereka adalah sebuah kebutuhan.
Awalnya mereka ada yang atheis. Sampai-sampai ada yang guyon, ah..gue mau masuk Islam atau Kristen dulu. Karena bagi mereka, agama bukanlah sesuatu yang sakral. Kalau pas ngamen, cuma dapat Rp. 300, diantara mereka ada yang teriak: “Allah Maha Pelit”. Setelah dibina, anak itu meyakini Allah itu tidak pelit. Tak ada jalan lain, cara membina mereka adalah dengan cara mendoktrin.
“Ketika anak-anak punk sudah menganggap ngaji sebagai kebutuhan, mereka mengirim pesan singkat (sms), malam ini ngaji nggak? Yang jelas, saya tidak ingin mereka merasa sedang diarahkan untuk masuk sebuah pergerakan atau kelompok harakah tertentu. Saat ini, pengajian kami memang belum ada namanya. Paling-paling, teman-teman menyebut pengajian ini pengajiannya punk moeslem.”
Zaki menargetkan untuk lebih focus membina 20 anak yang rutin mengaji. Suatu ketika, mereka akan merekrut rekan-rekannya sendiri. Syukur-syukur jaringan ini bisa menyebar lagi. Rencananya, awal Juni ini Zaki akan memberi daurah (pelatihan) di puncak. Dari 20 anak yang mengaji, separuhnya sudah ada yang lancar membaca al Quran.
Meski Zaki bekerja di sebuah lembaga sosial (DD), ia tak diminta untuk berdakwah atas nama institusinya. Secara pribadi, Zaki merasa terpanggil. Tak sia-siaa, hasil dari dakwah itu, tak sedikit anak-anak punk yang hijrah dan mulai pandai mengaji. Sebut saja, Lutfie yang meninggalkan dunia obat dan minuman keras. “Harapan saya ke depan, mereka dapat menjadi agen perubahan bagi teman-teman yang lain,” jelas Zaki.